Dalam lautan sejarah, ada dua jenis manusia: mereka yang bergerak sebagai subjek perubahan dan mereka yang hanya menjadi penonton pasif. Soesilo Toer, dalam buku Dari Malioboro ke Marlborough, menyingkap ironi kehidupan sosial, politik, dan budaya kita. Dia menulis dengan ketajaman yang menggugah kesadaran, menyadarkan kita bahwa dalam perjalanan bangsa ini, banyak individu memilih menjadi ternak—hidup hanya untuk bertahan, tanpa inisiatif, tanpa kesadaran akan peran mereka dalam perubahan.
Kita, sebagai anggota LSM Triga Nusantara Indonesia, harus bercermin dari refleksi ini. Triger (anggota aktif LSM Triga Nusantara Indonesia) yang tidak berfungsi, yang hanya mengandalkan status dan eksistensi tanpa berkontribusi nyata, sama halnya dengan ternak yang sekadar hidup untuk makan dan tidur. Kita tidak boleh hanya menjadi pelengkap statistik organisasi; kita adalah ujung tombak perlawanan terhadap ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Soesilo Toer dengan tajam mengingatkan bahwa pejabat yang tidak berfungsi, yang hanya duduk nyaman menikmati fasilitas tanpa melayani rakyat, pada akhirnya bukanlah pemimpin, melainkan budak. Budak dari sistem yang korup, budak dari kepentingan pribadi dan kelompok, serta budak dari ketakutan mereka sendiri. Pejabat yang kehilangan daya juangnya telah menjual dirinya demi kenyamanan, menjauh dari makna sejati kepemimpinan yang seharusnya berpihak kepada rakyat.
Begitu pula dengan kita di LSM Triga Nusantara Indonesia. Jika kita diam terhadap penyimpangan, maka kita tidak lebih dari sekadar budak yang tunduk pada ketidakadilan. Kita harus berfungsi sebagai penjaga nilai, pengawal demokrasi, dan penggugah kesadaran kolektif. Kritik dan aksi adalah senjata kita. Tanpa itu, kita hanya akan menjadi suara yang tak terdengar, entitas yang hanya ada di atas kertas tanpa makna di lapangan.
Mari kita kembali menegaskan peran kita sebagai agen perubahan. Triger harus berani bersuara, bertindak, dan melawan segala bentuk penyimpangan. Karena hanya mereka yang berfungsi, yang berani bergerak, dan yang menolak tunduk pada ketidakadilan, yang akan mencatat sejarah. Kita bukan ternak. Kita bukan budak. Kita adalah pejuang!
Hidup Triga Nusantara! Hidup Perlawanan Terhadap Ketidakadilan!