Selengkapnya baca buku #SeniBerpikirKritis karya #IbnuSina
Dalam dunia aktivisme, berpikir kritis bukan sekadar keterampilan, tetapi kebutuhan. Sebagai anggota LSM Triga Nusantara Indonesia, kita berhadapan dengan berbagai bentuk ketimpangan, dugaan penyalahgunaan anggaran, dan kepentingan-kepentingan terselubung yang sering kali dikemas dalam bahasa birokrasi yang berbelit. Untuk membongkar kebenaran, kita tidak hanya memerlukan data dan fakta, tetapi juga metode berpikir yang tajam dan logis.

Ibnu Sina dan Kritik terhadap Logika Aristotelian
Dalam karyanya Manthiq al-Masyriqiyyîn, Ibnu Sina menyoroti kelemahan logika Aristotelian yang terlalu kaku dan tidak memberi ruang bagi perkembangan pemikiran. Ia menawarkan pendekatan yang lebih dinamis, di mana logika bukan sekadar alat deduksi statis, tetapi juga sarana untuk menemukan kebenaran yang lebih luas. Ini relevan dengan kerja-kerja aktivisme yang kita lakukan. Jika kita hanya terpaku pada cara berpikir konvensional yang kaku, kita akan sulit melihat pola-pola penyimpangan yang tersembunyi di balik laporan resmi atau regulasi yang dibuat sedemikian rupa untuk menutupi kepentingan tertentu.