Perkebunan besar, terutama kelapa sawit, sering diklaim sebagai motor penggerak kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Narasi ini dibangun atas dasar efisiensi produksi, perluasan lapangan kerja, serta peningkatan devisa negara. Namun, benarkah kehadiran perkebunan besar benar-benar mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat? Buku Hidup Bersama Raksasa karya Tania Li dan Pujo Semedi menawarkan perspektif kritis terhadap mitos kemakmuran ini, dengan menyoroti bagaimana perkebunan mendominasi dan membentuk struktur kehidupan sosial serta ekonomi di sekitarnya.
Perkebunan sebagai Bala Pendudukan: Perspektif Ekonomi dan Politik
Dalam kajian yang dilakukan oleh Li dan Semedi, mereka meneliti dua perkebunan sawit di Kalimantan Barat—satu dikelola oleh negara dan satu oleh swasta. Temuan mereka menunjukkan bahwa perkebunan besar tidak sekadar berfungsi sebagai entitas bisnis, tetapi juga sebagai “bala pendudukan” yang menguasai sumber daya, lahan, dan bahkan kehidupan sosial masyarakat adat dan petani kecil.

Dari perspektif civil society, hal ini mencerminkan dilema serius dalam tata kelola sumber daya alam. Alih-alih memberdayakan masyarakat, perusahaan perkebunan justru memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan sistem ekonomi yang merugikan mereka. Petani yang sebelumnya memiliki kemandirian dalam mengolah tanah mereka sendiri, kini berubah menjadi buruh yang bergantung pada korporasi besar. Relasi kekuasaan yang timpang ini mengarah pada bentuk eksploitasi baru yang sering kali tidak diakui dalam wacana pembangunan.