Mediatrinusa.com – Kabupaten Bekasi 21/03/2025 | Bulan suci Ramadan adalah momen perenungan dan kebajikan. Namun, penghormatan terhadap bulan suci bukan hanya soal ibadah dan berbagi, tetapi juga soal melawan segala bentuk ketidakadilan yang menggerogoti kehidupan bersama. Ramadan kali ini datang dengan tantangan berat: ketidakstabilan ekonomi, ketidakpastian politik, serta berbagai bentuk eksploitasi terhadap rakyat.

Lihatlah bagaimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok begitu dalam hingga perdagangan harus dihentikan sementara. Situasi ini menandakan betapa rentannya perekonomian kita terhadap guncangan, dan sayangnya, dampak terbesar selalu dirasakan oleh masyarakat kecil. Saat harga-harga kebutuhan pokok terus melambung, mereka yang berada di puncak piramida ekonomi tetap menikmati keuntungan dari sistem yang timpang. Dalam keadaan seperti ini, apakah cukup jika kita hanya pasrah? Tidak. Kita harus melawan.

Kasus terbaru di Bekasi memperlihatkan sisi lain dari permasalahan ini. Sebuah ormas mengamuk dan menyampah di Dinas Kesehatan karena tuntutan mereka untuk mengelola limbah medis tidak dikabulkan. Ini menunjukkan dua hal: pertama, bagaimana ormas-ormas tertentu telah bergeser dari perannya sebagai agen perubahan menjadi kelompok kepentingan yang mengandalkan kekerasan untuk mendapatkan akses ekonomi. Kedua, bagaimana pemerintah sering kali gagal menciptakan sistem yang adil dalam pengelolaan sumber daya, sehingga kelompok-kelompok tertentu merasa perlu bertindak di luar hukum.
Presiden Prabowo telah menginstruksikan TNI dan Polri untuk memberantas pungli dan premanisme. Ini adalah langkah penting, tetapi apakah perintah ini akan benar-benar menyentuh akar masalah, atau sekadar jadi jargon politik? Rakyat harus terus mengawasi dan bersuara. Sebab, sering kali, ketidakadilan bukan hanya berasal dari preman di jalanan, tetapi juga dari struktur yang lebih besar, yang menindas atas nama kebijakan. Jika ingin menghormati bulan suci, kita harus berani menuntut keadilan dan transparansi, bukan sekadar menerima keadaan.
Namun, ada juga harapan. Di tengah krisis dan ketidakpastian, gerakan solidaritas terus tumbuh. LSM Triga Nusantara Indonesia dan Inspirasi Wanita Nusantara Indonesia menunjukkan bahwa perlawanan bisa dimulai dari tindakan kecil, berbagi 500 bungkus takjil kepada sesama. Ini bukan hanya sekadar aksi sosial, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa di tengah situasi sulit, kita masih bisa memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Menghormati Ramadan bukan berarti tunduk pada keadaan yang menindas. Justru sebaliknya, ini adalah momen untuk memperkuat perlawanan terhadap ketidakadilan, baik dalam bentuk ekonomi, sosial, maupun politik. Jangan biarkan kesucian bulan ini ditutupi oleh kemunafikan dan eksploitasi. Beribadah, berbagi, dan melawan—itulah cara kita menghormati Ramadan dengan seutuhnya.